Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya

Setiap hari ada saja jokes-jokes jayus yang Papa Ara lontarkan, baik ke saya maupun ke Azka dan Khalif. Salah satunya ia bersenandung lagu lawas dari Bimbo dengan menggubah setitik lirik menjadi “Ada anak beratnya kayak Bapaknya”, lalu dia terkekeh-kekeh sendiri. Kemudian diikuti jadi penasaran sama keseluruhan lirik dan ingin dengarkan lagunya, jadilah ia menyetel YouTube. Maklum, Papa Ara ga gunakan Spotify jadi semua urusan perlaguan diserahkan ke YouTube, sesekali juga ia gunakan iPod super jadul milik Alm. Ardha yang berhasil ia perbaiki jadi bisa digunakan kembali beberapa bulan terakhir. Video ini dirasa paling banyak penontonnya dan juga paling kocak, karena ilustrasi anak dan Bapak yang digunakan kok ya… ga sesuai dengan visual “Bimbo”.

Tapi postingan ini bukan perihal Bimbo – tapi tetap dalam nuansa Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya. Hehue.

Ceritanya ketika makan malam tadi saya membuka percakapan,

“Azka, kemarin Papa sama Ibu ngobrol, kata Papa, gapapa kalau nanti Azka menikah sama orang Amerika tapi Muslim, tapi kalau Ibu mah pengennya Azka menikah sama orang Indonesia saja…”.

Ucap saya sambil cengar-cengir dengan maksud godain Azka yang emang lagi “sensi” kalau Ibu mengarahkan ke topik perihal percintaan (doi suka salting sendiri dan enggan bercerita, walau beberapa kali cerita juga tentang beberapa teman perempuan yang dekat sama dia -sebagai teman baik-). Yang tidak saya sangka, instead dia salting, ternyata responsnya:

“Yaa… I think it doesn’t matter if she’s a Muslim or not, we have the same God, it’s just different rituals anyway. Our God is the same… So, not necessary have to be a Muslim”.

DEG. Kaget amat Ibu denger jawaban si bujang x) Sementara Papanya tetap cool dan berkomentar “Bagus A opini kamu, ayo diskusi lebih lanjut perihal ini”. Azka terlihat enggan karena dia tahu urusannya akan panjang, Papanya suka sekali berdiskusi, kalau sekalinya ngomong bisa-bisa 40 menit ga berhenti. Tapi topik ini terlalu “berat” untuk topik yang dibahas di meja makan, terlebih dengan waktu yang terbatas karena harus mengejar waktu Maghrib.

“Kalau dalam science, dibilang bahwa ‘To understand a science, it is necessary to know its history’. Sama juga dengan agama, kita harus tahu sejarah agama. Memang benar Tuhan kita sama, karena baik Agama Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama sebagai agama Monoteisme. Kamu tahu apa Monoteisme? Dalam Islam disebut sebagai Tawhid – The Oneness of God”.

Sejatinya Ibu baru tahu ada 3 macam/aspek cakupan Tauhid ini huhuw. Lebih lengkapnya bisa juga baca di sini

Azka mengangguk perlahan, antara ingin menyudahi saja percakapan ini atau merasa dites Papanya. Padahal Papanya ga ada maksud mengetes, namun melihat ekspresi dan gestur tubuh yang tidak bergairah dari si bujang, Papa Ara sampaikan:

“A, Papa menunggu diskusi seperti ini dari 50 tahun yang lalu (baca: seperti biasa lebay), kamu jangan merasa gimana-gimana, this is a safe space, I won’t judge you. Jadi ungkapkan apa yang ada dalam pikiran Aa”.

Menit-menit berikutnya kami membahas singkat beberapa hal, dari mulai sejarah singkat rasul dan kitab-kitab sebelumnya. Istilahnya mah Taurat/Zabur/Injil itu Islam versi 1,2, 3, nah kita ini dengan Islam dan kitab Al Qur’an udah revisi terakhir dan sempurna. Coba Azka belajar di sekolah khan ada kurikulum 2013 ada yang terbaru, masa mau pakai edisi yang lama kalau ada yang sudah disempurnakan?

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3]

Pada intinya berujung kepada pesan kami ke Azka (dan Khalif yang turut menyimak) aja sih…

“Dalam hidup kita akan mengalami naik turun keimanan, tapi yang perlu dipahami adalah kita sebagai makhluk memiliki banyak keterbatasan dalam berpikir, untuk memahami konsep Ketuhanan kita ga bisa menggunakan logika, melainkan murni mempercayai, karena otak kita ga akan sampai mempertanyakan hal-hal yang di luar akal nalar kita”.

Papa Ara menambahkan “Misal tentang perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, ada sebuah teori yang mengatakan itu sebetulnya adalah time travel, karena dimensi waktu itu bisa jadi bukan 2 Dimensi tapi 3 Dimensi”, papar Papa Ara sembari menunjukkan secarik kertas yang ia lipat. Di sini Ibu agak bingung, tapi ya udah lah ya wkwk.

“Lalu untuk hal-hal yang berada di luar kuasa kita sebagai makhluk, contoh: Bunda Teresa masuk surga atau neraka ya?; hal-hal seperti ini ga perlu dipikirkan karena itu hak prerogatif Allah, kita sendiri yang sudah Islam belum tentu juga masuk surga. Fokus ke hal-hal yang memang diwajibkan dan dijalani dengan sebaik-baiknya aja jadi manusia dengan semua diniatkan untuk ibadah. Udah gitu aja. Ga usah mikirin surga dan neraka. Yang jelas juga yang bikin kita akan masuk surga nanti cuman karena rahmat dari Allah”

Saya ceritakan juga bahwa ketika saya kecil, sering kali bahasan agama ini hanya menyoal dosa, setan, surga, neraka, kafir, kamu salah, saya benar, dll. Kusampaikan ke Azka bahwa hal-hal wajib seperti sholat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa, konsep mindfulness, gratitude, humility, frugality, gaya hidup berkesadaran yang saat ini ada dan digaungkan semua hanya di-brandingkan dalam nilai-nilai Barat saja. Hal tersebut semua sudah ada dalam Islam.

“Contoh ya A, Ibu tidak ingin menyamakan sholat dengan yoga, tapi semua yang terkandung di yoga ada dalam hakikat sholat. Ya gerakan, ya mengatur nafas, ya doa dan afirmasi baik, dan mengapa sebetulnya kalau kita sholat 5 waktu kita akan dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar, ya karena kalau bener-bener diilhami akan terasa adem di hati dan pikiran. Tidak ada ajaran Islam yang buruk, semua menghantarkan kita untuk jalani kehidupan kita di dunia dengan langkah yang lebih ringan. Indah sekali Azka. Kalau sekarang belum paham esensinya, terus aja dilakukan, karena kalau sekalinya Aa tinggalkan…makin lama makin jauh gradiennya dan makin jauh menyimpangnya. Itu yang bahaya.

Jadi kalau sekarang kamu juga ga paham kenapa harus sholat tetap lakukan saja. Tapi lakukan itu atas dasar bahwa kamu bukan karena takut masuk neraka, tapi karena bentuk rasa syukur kamu sudah dikasih banyak sekali nikmat sama Allah. Nikmat tubuh yang lengkap, sehat, nikmat penglihatan, pendengaran, penciuman, nikmat terlahir sudah memeluk agama Islam, itu nikmat terbesar loh A. Terlebih banyak orang “mencari makna hidup” karena terasa gamang di hati, tapi kita sudah terlahir sebagai orang Islam, ya kita jalani sebaik-baiknya. “

Satu lagi Azka… Nanti kita belajar lagi lebih banyak tentang Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya ya A. Karena semakin mengenal sosok Rasulullah tuh bikin kita sayang banget, istilahnya mah ya ngefans sama beliau. Jadi semua akan “masuk akal” dan kamu akan tahu betapa kerennya Islam. Bukan seperti Islam yang di-potray di media massa Barat, kamu harus tahu juga bahwa hal-hal yang ditampilkan di media sini tentang Islam memang yang jelek-jeleknya aja, maka ada orang yang Islamophobia.

Di titik ini mata Azka sudah berkaca-kaca. Entah dia kesel, entah dia merasa disalahartikan karena ngomong sepatah kalimat dan berurusan panjang. Tapi yang jelas Ibu merasa ini tugas terpenting saat ini, di titik dia menjelang usia akil baligh dengan hanya ada saya dan Papa Ara sebagai “role model” bukan hanya sebagai orang tua tapi juga yang memberikan semua pemahaman tentang Islam.

Doakan ya agar aku mampu menanamkan dan menjaga aqidah diri dan keluarga, karena semakin menyadari blah-bloh dan ilmuku jauh banget ya… Semoga tahun ini bisa lebih meningkatkan dan menjaga kualitas dan kuantitas ibadah (secara luas).

Sebelum menutup, ingin mengutip sebuah hadits tentang Qana’ah (Contentment/ Kebercukupan):

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ, ورُزِقَ كَفَافًا, وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ”

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

© 2023 muslimah.or.id

Semoga kita menjadi orang-orang yang beruntung dan senantiasa merasa dan dicukupkan rezekinya. Aamiin.

5 thoughts on “Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya

  1. Aamiin ya rabbal alamiin..Allahumma baarik… Semoga Chuca dan keluarga diberi kemudahan, kelapangan dan kesabaran dalam menjalankan syariat dimanapun bumi Allah dipijak… 💚

  2. Assalamualaikum teh chica, semoga Allah rahmati teteh dan sekeluarga. Semoga Allah mudahkan pesan ini untuk dibaca. Nama sy dewi, sudah lama follow blog teteh tp br belakangan follow ig nya. Qodarullah kmrn baca story ttg pertanyaan Azka dan teh chica post ttg tauhid rububiyah, uluhiyah, asmau sifat. Kalau pengalaman aku dulu belajar islam dr dasar, baca dr blog atau tulisan gtu kurang nangkep… Akunya emang lemot juga sih hahaaa. Tapi barangkali berkenan, coba teteb cr aja kajian2nya di Youtube ada banyak. Menurut aku yang singkat, padat, dan gak terlalu ‘keras’ itu ust khalid basalamah. Sebenernya bukan keras gimana sih, tapi kadang kalau baru belajar terus dikasih ust Yazid hafizahullah misalnya kan suka kaget… Heheheh. Jd yg lebih moderate dan sangat mudah dipahami in sya Allah ust Khalid hafizahullah. Barakallahu fiik teh chica

      1. Teh chicaa huhu maafin ya rempong banget sy komen di sana dan di sini, semoga dikasih maklum sama teteh heheheh

  3. Love banget teteh.. aku yg udah tua begini ajh masih sering melogikakan agama, apalagi azka yg sedang di masa” kritis berpikirnya yaa.. luar biasa teteh sama suami bisa berdiskusi begini dengan anak,, tetap firm tapi disampaikannya dengan lembut.. semoga aku dan suami juga bisa begini pada saatnya nanti di challenge sama pemikiran anak”.. 💗💗💗.. klo berkenan sharing terus juga yaa teh soal begini”,, jadi pembelajaran bgt buat aku..

Leave a comment