Dokter Kandungan dan Bidan di Bandung (Part 3)

dr. Delle Heliani, Sp.OG
Tempat praktik: RS Al-Islam Bandung dan RSIA Al-Islam Awibitung

Ditulis oleh: Azhar Cika Marizka

Saya mulai konsultasi dengan dr. Delle di usia kandungan empat bulan. Awalnya saya konsultasi ke dokter lain dan pada USG bulan ke-2 dan ke-3, ukuran janin kecil, tapi obgyn tersebut merasa tidak perlu khawatir. Di bulan ke-4, janin saya tidak bergerak selama kurang lebih 18 jam. Saya lalu direkomendasikan konsul ke dr. Delle oleh ayah saya. Saat konsultasi beliau menyatakan janin baik, tapi ada kemungkinan kekurangan asupan makanan bergizi dari ibunya. Saya diminta cek feritin dan vitamin D. Ternyata hasil cek keduanya sangat rendah dan harus ada tindakan (alhamdulillah janin memberi sinyal dan kami bertemu dr. Delle, kalau tidak mungkin saya udah slow aja tuh dan merasa janin sehat). Sejak saat itu, saya konsultasi kehamilan ke dr. Delle.

Senangnya berkonsultasi ke dr. Delle itu, karena: tidak diburu-buru, pertanyaan selalu dijawab panjang lebar, juga terbuka dengan birthplan saya. Prioritas beliau setiap konsul adalah mengingatkan bumil untuk selalu aktif bergerak dan makan yang bergizi.

Ketika menginjak usia 30 minggu, janin belum turun panggul dan saya disarankan nyicil jalan kaki (saran beliau: jalan cepat 3 jam perhari 🤣🤣🤣). Jadi dari saat itu sampai lahiran, saya jalan cepat kurang lebih 2 jam perhari. Tiap konsultasi selalu ditanya lho, sudah jalan cepat belum? Hehehe.

Kelahiran bayi menggunakan proses induksi karena saya tidak mulas hingga minggu ke-41. Saat itu pertimbangannya karena: berat badan janin diperkirakan sudah terlalu besar dan kualitas ketuban sudah menurun. Secara pribadi saya memang mau menunggu mulas hingga minggu ke-41/42.

Setelah induksi awal dan berhasil sampai bukaan enam, induksi dihentikan dan saya disuruh jalan cepat (lagi!) selama sejam tanpa henti di lorong kamar bersalin. Tujuannya untuk mempercepat bukaan secara manual. Saat itu udah sebel dan muak banget disuruh jalan🤣.

Oh iya, dr. Delle ini memang pro-normal. Kondisi awal saya yang mata minus 10, kepala bayi yang tidak turun panggul, tidak mulas hingga minggu 41, proses bersalin 18 jam (alhamdulillah dengan kondisi janin yang kuat) tidak membuat beliau langsung saklek mengambil keputusan seksio (walau di saat-saat terakhir sudah dibicarakan kemungkinan tersebut). Saya berterima kasih sekali pada beliau yang percaya pada kemampuan saya.

Saya juga sempat dengar dr. Delle ini yang menurunkan persentase kelahiran seksio sesaria di Al-Islam.

Tips Konsultasi yang tidak mengantre dan murah bisa dilakukan di Al-Islam Awibitung. Kekurangannya adalah hasil cetak USG-nya seadanya banget (saya tidak menganggap ini kekurangan dibanding harus mengantre berjam-jam untuk konsultasi ke dokter). Kalau mau fasilitas setara Limijati konsulnya di Klinik Eksekutif Al-Islam Soetta (Rp 250.000,00/kedatangan). Saya sarankan jangan konsul di klinik kebidanan reguler Al-Islam Soetta karena penuh banget.

Biaya dokter: < Rp 100.000,00 di Al-Islam Awibitung, 2018

Tempat lahiran: RS Al-Islam Soetta. Karena janin tidak turun panggul hingga hari-H melahirkan (jadi ada kemungkinan sc), saya memilih untuk melahirkan di rumah sakit (karena ada NICU). Walaupun kamar VIP B dan NICU Al-Islam itu ada di bagian rumah sakit yang berbeda, tapi ternyata akses bolak-balik mudah kok. Saya juga senang soalnya benar-benar pro-ASI. Anak saya sempat dehidrasi hingga demam 39 derajat dan harus dibantu formula karena ASI saya belum cukup. Tapi mereka selalu mendahulukan stok ASI saya yang tidak seberapa dulu untuk diberikan ke anak saya sebelum pakai formula.

Biaya lahiran: November 2019, kelas VIP B, total 15jutaan (ini total melahirkan VIP B 3 hari, bayi perawatan NICU 5 hari, dan saya ikut rawat inap agar gampang menyusui selama 3 hari).

____

 

dr. Leri Septiani, Sp.OG, Ph.D
Tempat praktik: RSIA Grha Bunda, Klinik Mutiara Cikutra

Ditulis oleh: Laras Juliman

Pertama tahu dr. Leri dari salah seorang temannya suami. Katanya, beliau ini ramah sekali dan bisa membuat pasien-pasiennya nyaman. Benar saja, saat kontrol perdana bersama beliau, beliau menyapa dengan ramah dan sangat komunikatif. Ini membuat saya gak berpindah hati ke obgyn lain dan menetapkan pilihan kepada dr. Leri sampai saatnya lahiran.

Setiap USG juga beliau menjelaskan perkembangan janin dengan cukup detil dan dengan pembawaan yang santai. Beliau selalu menyampaikan segala kemungkinan dan menyerahkan pilihan kembali ke pasiennya. Hal lain yang membuat saya memutuskan memilih beliau sebagai pembantu persalinan juga karena
dr. Leri sangat terbuka dengan berbagai pertanyaan dan diskusi yang saya inisiasi di setiap sesi konsultasi. Bahkan beliau menerima diskusi terkait birthplan yang saat itu saya buat untuk memastikan suasana persalinan yang nyaman dan minim trauma untuk saya yang baru pertama kali melahirkan ini.

+++ beliau nih wangi dan glowing banget, jadi berasa syahdu aja gitu kalau kontrol hahaha.

Ada yang kurang berkenan?

Selain dr. Leri yang semakin hits dan rame banget antriannya, ada juga pengalaman yang sedikit membuat saya kecewa, yaitu… beliau melupakan beberapa request di birthplan yang saya buat 😅 Yaa, sebenarnya maklum sihh, pasien beliau banyak dan malam itu bukan cuma saya aja yang lahiran. Untungnya birthplan yang memang sengaja saya print dan berikan ke beliau disimpan di file riwayat pasien saya, sehingga pas saya ingatkan (iya, di tengah2 persalinan saya sempet ngingetin beliau haha) beliau cek ulang lagi dan untungnya tetap mau menjalani tindakan sesuai birthplan. Walaupun pada akhirnya, beliau tetap yang mengambil keputusan untuk pemberian tindakan mengingat kondisi yang memang memerlukan penanganan. (Contoh dalam pengalaman saya, di birthplan pengen bisa delayed cord clamp dan IMD, namun akhirnya gak bisa karena bayinya pasif dan harus segera diobservasi)

Biaya dokter: Rp150.000 (thn 2018, belum termasuk biaya admin RS + biaya tindakan seperti USG/VT/dsb)

Tempat lahiran: RSIA Grha Bunda. Saya ambil fasilitas VIP dan menurut saya itu udah cukup banget. Di ruang persalinan hanya boleh didampingi 1 pendamping persalinan (ga boleh lebih, jadi pilih mau suami/ortu/doula). Suster dan bidannya cukup bageur dan memotivasi haha.

Biaya lahiran: September 2018, kelas VIP, total 12jutaan.

 

2 thoughts on “Dokter Kandungan dan Bidan di Bandung (Part 3)

Leave a comment